Aliran Sesat Ahmadiyah

Aliran Sesat Ahmadiyah

Dalam mengawali tulisan ini, kemunculan aliran-aliran baru merupakan wujud dari arus pemikiran manusia pada masa kini. Gerakan pemikiran ini selalu mempengaruhi keadaan manusia baik itu pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Munculnya aliran kepercayaan diawali dari sebuah gerakan-gerakan yang ingin berusaha melakukan rekonstruksi, purifikasi, inovasi, dan lain sebaginya terhadap ajaran-ajaran konvensional dan normatif dalam sebuah agama atau kepercayaan tertentu. Tapi terkadang, usaha-usaha yang dilakukan sering kali menciptakan aliran-aliran yang menyimpang jauh dari agama asalnya, sehingga aliran yang berkembang tersebut akhirnya menciptakan sebuah ajaran-ajaran dan bahkan menimbulkan agama yang baru pula.
Hal ini selalu menjadi problem agama karena tidak bisa disangkal munculnya gerakan pemikiran seperti itu merupakan suatu yang tidak diinginkan terjadi, dapat dicontohkan kemunculan aliran-aliran baru dalam sebuah agama yang dianggap “aneh” oleh sebagian orang, dianggap aliran yang menyesatkan dan menggangu kemapanan agama tertentu. Problem agama seperti ini cenderung menimbulkan konflik, dan setiap konflik memiliki potensi untuk memunculkan aksi kekerasan. Ada kecenderungan opini yang berpendapat bahwa lahirnya aliran-aliran baru ini merupakan sebuah ancaman terhadap stabilitas dan keamanan serta berusaha segera untuk melarangnya.
Sebagai contoh terbaru pada saat ini geliat gerakan dari aliran Ahmadiyah, Lia Eden serta aliran baru lainnya, yang mengejutkan masyarakat muslim Indonesia serta menjadi perbincangan dimana-mana dalam beberapa waktu terakhir. Walaupun tidak dapat dipungkiri sejarah telah mencatat bahwa kemunculan aliran-aliran selalu ada dari waktu ke waktu.
Makalah ini nantinya akan memberikan uraian tentang fenomena gerakan pemikiran yang menimbulkan aliran-aliran baru yang ada saat ini, aliran-aliran yang bermunculan sangatlah beragam, tetapi pemakalah hanya membatasi tentang aliran Ahmadiah saja. apa yang sebenarnya faktor utama kemunculannya? Benarkah aliran tersebut sesat dan menyesatkan? atau ada hikmah yang lebih baik dibalik kesesatan mereka? Karena Rasulullah telah bersabda: “Perbedaan diantara umatku adalah rahmat”

B. Pendiri Ahmadiyah
Ahmadiyah al-Qadiyan sebuah aliran atau jamaah bertendensi islam di pimpin oleh seorang pemimpin yang disebut imam, amir dan bahkan Nabi. Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 1900 M yang di badani oleh penjajahan inggris di benua India dengan tujuan menjatuhkan ummat Islam dan merusak Umaat Islam serta ajarannya. Pendiri jamaah ini adalah seorang mubalig dan penulis buku yang produktif dan salah satu seorang pengkhianat agama dan bangsaia. Ia dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1935 M di Qadian-Nejed-India pada akhir pemerintahan Sikh. Pengikut jamaah ini mensejajarkan imamnya yang mengaku sebagai nabi utusan Allah sama derajat nya dengan nabi Isa, Musa, dan nabi Daud as. Mirza Ghulam Ahmad meninggal pada jam 10.30 pada tanggal 26 mai 1908 M, akibat penyakit kolera.[1]
Diperkirakan pada tahun 1908 M sang “Nabi” wafat, namun ajaranya terus berkembang keseluruh penjuru dunia. Kedudukannya sebagai pemimpin lalu digantikan oleh khalifah yang dipilih oleh para muslih Ahmadi, dan tahun 2007 jamah Islam Ahmadiyah di pimpin oleh Hadrat Mirza Masroor, khalifah ke 5, yang bertempat di London. Namun di era Modern ini, Ahmadiyah telah berkembang dan tersebar hingga ke 185 Negara, kabarnya, keangotaan Ahmadiyah di seluruh dunia mencapai 150 juta orang. Mereka bahkan telah memiliki stasiun televisi sendiri “Muslim Television Ahmadiyah (MTA) yang mengudarakan dalam beberapa bahasa. Mereka juga membangun sekolah-sekolah, klinik, dan rumah sakit.[2]

C. Munculnya Alirah Ahmadiah
Kemunculan aliran ini suatu kepercayaan atau agama merupakan konteks yang tidak dapat dipisahkan dari kajian agama dan kajian dalam ilmu-ilmu sosial, karena menyangkut individu dan sekelompok orang yang aktif didalamnya. Beberapa ahli dalam hal ini mencoba mengklasifikasi aliran-aliran tersebut. Soemarno WS bersama ahli riset yang lain menggolongkannya menjadi tiga jenis yaitu:
  1. Golongan kepercayaan perorang, yaitu kelompok yang terdiri dari satu dua orang yang melakukan kepercayaan untuk kepentingan diri pribadi tanpa usaha perluasaan kepada orang lain.
  2. Golongan perguruan kepercayaan, yang menerima murid dan mempropagandakan ajarannya.
  3. Golongan perdukunan, dimana ilmu perdukunan pengobatan asli dipraktekkan bagi masyarakat yang memerlukannya.[3] 
Dari penggolongan di atas, diketahui bahwa aliran atau gerakan kepercayaan, aliran kebathinan dan lain-lain, masuk dalam jenis yang pertama dan kedua namun bukan berarti bahwa jenis yang ketiga terbebas dari pengklasifikasian tersebut. Bisa jadi jenis yang ketiga mempunyai potensi untuk menimbulkan ajaran-ajaran yang dapat menwujudkan aliran-aliran kepercayaan yang baru.
Tinjauan sepintas ini menunjukkan bahwa gerakan aliran Islam di Indonesia cukup berbeda satu dengan lainnya. Latar belakang sosial mereka juga berbeda-beda. Tidak dapat diharapkan bahwa kemunculannya bisa dijelaskan oleh satu dua faktor penyebab saja. Ada kecenderungan untuk melihat semua gerakan sempalan sebagai suatu gejala krisis, akibat sampingan proses modernisasi yang berlangsung cepat dan pergeseran nilai. Tetapi gerakan-gerakan seperti yang telah digambarkan di atas bukanlah fenomena yang baru.
Namun secara timbulnya aliran Ahmadiah ini segala macam sekte dan aliran "mistisisme" juga bukan sesuatu yang khas untuk negara sedang berkembang. Justeru di negara yang sangat maju, seperti Amerika Serikat, fenomena ini sangat menonjol. Dapat diperkirakan, bahwa jumlah aliran baru yang muncul setiap tahun. Faktor penyebab munculnya aliran sesat antara lain karena dangkalnya akidah dan pengetahuan sebagian umat Islam. Faktor lain karena ada sebagian umat Islam berpikiran liberal dan menganggap Islam boleh diinovasi sesuka hati mereka. Selain itu, bukan tak mungkin ada kelompok yang sengaja ingin mengacaukan ajaran Islam yang sesungguhnya.

D. Aliran Ahmadiyah Masuk ke Indonesia
Kebebasan beragama merupakan suatu pilihan terbuka bagi komunitas yang mengarah pada kemajuan demokrasi. Pilihan terbuka membutuhkan sikap penghargaan dan penghormatan pada setiap pemeluk agama melakukan kreasional dalam memahami dan menjalankan ibadahnya. Pemaksaan terhadap suatu keyakinan agama tertentu hanya akan menimbulkan tindakan kekerasan yang memasung kreativitas tafsir.[4]
Rasanya apa yang terjadi di Indonesia saat ini bisa dikatakan kalau demokrasi yang sudah kebablasan hal ini berakibat maraknya fenomena aliran sesat yang mengatasnamakan Islam, belakangan ini semakin berkembang dan semakin subur saja di tanah air ini. Pada beberapa bulan yang lalu, terjadi bentrokan antara Front Pembela Islam (FPI) dengan jamaah Ahmadiyah. Karena aliran Ahmadiyah ini mengaku pendiri dan gurunya, Mirza Ghulam Ahmad, asal India, sebagai Nabi.[5]
Pendangkalan akidah umat Islam nampaknya terus disodorkan oleh kalangan yang tak suka dengan berkembangnya Islam. Mereka misalnya, membuat orang mulai tidak percaya sepenuhnya pada Al Quran. Ada pula yang sengaja melakukan gerakan inkarus sunnah, mengingkari kebenaran Hadist. Mereka hanya menggunakan Al-Quran sebagai landasan kehidupan beragama dan menolak Hadist. Ironisnya, berbagai aliran ini terus berkembang dan menyebut kegiatannya sebagai gerakan dan pembaruan Islam. Padahal, mereka sesungguhnya telah terjebak ke dalam kesesatan.[6]
Rasulullah pernah bersabda, suatu saat umatnya terbelah menjadi 73 firqah, alias golongan. Repotnya, umat Islam lalu berlomba membentuk dan membanggakan golongan yang paling benar. Bagi umat Islam, aliran kepercayaan bagai duri dalam daging. Sempalan-sempalan agama yang dianggap menyesatkan itu hidup subur dan beragam.[7]
Dalam sejarah Islam, banyak kelompok yang dianggap sesat, bahkan dituduh kafir, tetapi mereka tidak pernah diminta mendirikan agama sendiri. Contohnya bertebaran dalam sejarah Islam. Kelompok Qadariyyah (yang percaya akan kebebasan kehendak), dianggap kafir oleh kelompok Sunni ortodoks. Kelompok Syiah juga dianggap kafir oleh sejumlah kelompok Islam. Tetapi, mereka tidak pernah diminta mendirikan agama yang terpisah dari Islam.
Kaum filosof juga dikafirkan beberapa kelompok Islam. Imam Ghazali yang hidup pada abad 11 M, mengkafirkan ajaran dua filsuf besar Islam, Al-Farabi dan Ibn Sina dalam tiga isu teologi. Tetapi, Imam Ghazali tidak pernah meminta mereka untuk mendirikan agama sendiri yang terpisah dari Islam dan hal ini juga berlangsung di Indonesia, terlihat dalam sejarah aliran-aliran yang dianggap sesat muncul di Indonesia dari waktu ke waktu.[8] Sebenarnya terdapat banyak persamaan dari aliran-aliran ilegal itu. Sebagai organisasi aliran, mereka lahir dari rintisan seseorang yang kelak menjadi sesepuhnya, yang akan membimbing pengikutnya untuk tumbuh. Yang lebih penting adalah meyakini Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut DR. Kunto Wijoyo Dosen Sejarah Fakultas Sastra UGM, munculnya berbagai aliran sesat disebabkan tipisnya keimanan seseorang, dan ketidaktahuan tentang agama yang benar.[9]
Namun secara inti, aliran Ahmadiyah ini masuk ke Indonesia pada tahun 1925 M, oleh Maulana Rahmat Ali yang datang dari Qadian India, atas perintah dari Khalifatul Masih II, Hadhrat Alhaj Mirza Bashir ud-Din Mahmod Ahmad. Pada tahun 2000 khalifah Hadhrat Alhaj Mirza Bashir ud-Din Mahmod Ahmad (alm) datang dari London ke Indonesia ketika itu ia sempat bertemu dengan Presiden RI Abdurrahman Wahid dan MPR RI Amir Rais, pada waktu itu sangat memicu kritikan yang tajam dari kalangan pemuka agama di Indonesia. Sehingga saat ini telah tersebar dan berkembang ke berbagai daerah di wilayah RI.[10] bahkan telah mempunyai sekitar 300 cabang, terutama Jakarta, Bogor, dan di kota-kota Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Palembang, Bengkulu, Bali, NTB dan Lainya. Saat ini jamaah Ahmadiyah di Indonesia berpusat di Parung Bogor Jawa Barat, dengan bangunan gedung yang sangat megah yang dilengkapi dengan peralatan canggih, serta perumahan seluas sekitar 15 Hektar, terletak di pinggir jalan raya Jakarta-Bogor lewat Parung. Pada tahun 2005 di serang oleh sekelompok masa yang tidak menginginkan Ahmadiyah pembawa ajaran sesat itu tetap bercokol di Indonesia.[11]
 
sumber : http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/05/aliran-sesat-di-indonesia.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Saya Dalam Berorganisasi

Organisasi Di Lingkungan Rumah Saya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN