KEHIDUPAN YANG BERARTI

Icha, begitu biasa temanku di sapa. Icha murupakan seorang anak remaja yang berusia 12 tahun, ia merupakan anak pertama dari berdua saudara. Ia mempunyai keluarga yang sangat sempurna. Memiliki kedua orang tua yang sangat baik pada anak-anaknya. Dengan usia Icha 12 tahun, ia sekarang duduk dibangku SMP. Darma, begitu biasa disapa oleh icha seorang anak laki-laki yang baik,lucu,dan pintar baginya itulah adiknya Icha. Walaupun mereka sering bertengkar dan terkadang sering ada kebahagian dan kelucuan dalam hidup mereka .
Di pagi hari yang cerah Icha bersiap-siap sekolah. Angkot yang merupakan angkutan utama yang mengantar icha sampai ke sekolah, sesudah sampai di sekolah icha selalu disapa teman-temannya. “pagi icha, hai icha” itu merupakan sapaan dari teman-temannya untuk icha. “Icha merupakan anak yang ramah, baik, dan lucu” , begitulah teman-teman yang menilainya. “Ya Allah terimakasih karena Engkau telah memberikan kebahagian yang luar biasa dalam hidup ku sehingga aku bisa menjadi seorang yang memiliki warna dalam hidupku maupun hidup teman-temanku” , itu merupakan kata-kata yang sering terucap dari mulutnya. Kami teman-temannya selalu bertanya kepadanya “mengapa kamu selalu berkata seperti itu cha..”? , icha pun menjawab  “karena menurut saya itu adalah rasa syukur dan ucapan trimakasih saya pada Allah”. Teman-temannya hanya tersenyum dengan mendengar ucapannya tadi . Waktu bel pulang pun berbunyi, dengan biasa angkutan umum lah yang mengantar pulang pergi icha bersekolah. Sesampainya dirumah, icha mempunyai kebiasaan kalau sudah pulang sekolah dan sampai dirumah ia pasti akan tidur.
Selama ini icha selalu menjadi anak yang bahagia menurut orang lain yang mengenalnya. Kita selalu melihat kebahagian yang terpancar dari wajah icha selama ini. Tapi kenapa akhir-akhir ini icha selalu terlihat pendiam , murung, begitulah yang dikatakan teman-teman icha sekarang. Menurut mereka ini bukanlah icha yang kami kenal dulu, icha yang sekarang terlihat sangat berbeda. Salah satu dari teman-teman icha bertanya kepadanya “apa yang sekarang terjadi pada kamu cha, kenapa kamu sekarang terlihat berbeda..”? Icha pun menjawab “aku tidak apa-apa”, menurut mereka ada yang disembunyikan oleh icha, kami sebagai teman-temannya tidak ingin memaksa icha untuk menjawab petanyaan kami. Dan kami berunding untuk membiarkan icha sendiri ini dulu untuk menenangkan dirinya. Hari terus berganti, dan kebiasaan icha masih seperti itu, ia selalu lebih diam dan murung, terkadang kami sebagai teman-temannya bingung dengan keadaan icha yang sekarang. Ia lebih memilih selalu sendiri tanpa ditemani siapapun. Apakah icha yang dulu telah tiada ucap “teman-temannya icha sekarang”.
Icha memiliki seorang sahabat yang merupakan sahabat sejati dalam hidupnya, sahabat itu bernama Thea itu biasa di panggil oleh icha. Ternyata icha bisa memberikan alasan kepada sahabat sejatinya kenapa kebiasaan icha berbeda dengan yang dulu. Alasannya itu adalah, dulu semua orang selalu mengenal icha sebagai anak yang sangat beruntung memiliki keluarga yang baik dan sempurna, namun itu semua berubah berkurang atau pun bisa dibilang kebahagian itu terberlalu menurut icha. Seorang Ibu yang sangat ia cintai mengapa seperti ini, orang tua yang biasa selalu menasehati anaknya dengan penuh kelembutan namun itu sudah tidak terjadi lagi pada icha sekarang. Icha selalu sedih dan menangis bila melihat adik yang dia sayang dimarahi , terkadang icha lebih memilih dia yang dimarahi dari pada adik yang dia cintai itu. Icha selalu berdoa  “Yaa Allah berikanlah kesabaran dan kelembutan dalam hati mama supaya mama kembali seperti dulu lagi, dan maafkan kami ya Allah bila kami tidak bisa menjadi anak yang belum bisa membanggakan kedua orang tua kami, semoga mama kami kembali lembut seperti dulu lagi, amin”
Aku selalu berfikir apa aku selalu berbuat salah pada mama hingga mama bersifat seperti itu kepadaku, atau kah kelakuanku yang membuat mama seperti ini, itu ucap icha. Terkadang aku heran bila aku tidak sengaja melakukan hal yang salah dan akhirnya mama memarahiku tetapi adikku membelaku, dan mama berkata “kamu tidak perlu membela anak yang salah ini, dia tidak pantas dibela”. Aku sangat sedih sekali mengapa mama berkata seperti itu, apakah salah ku begitu besar sehingga mama seperti itu. Tetapi, walaupun mama seperti itu padaku, aku tidak akan pernah marah atau membenci mama, karena mama adalah orang tua yang paling sempurna dihidup ku, itu ucap icha.
Dimana bertambahnya umurku yang ke 15 tahun, aku berharap aku bisa seperti teman-teman yang dimana mereka dirayakan ulang tahunnya oleh kedua orang tua yang dia sayang. Tetapi itu tidak terjadi padaku, walaupun  aku tidak pernah dirayakan ulang tahun, aku tetap senang sekali karena adik yang ku sayangi bisa selalu merasakan bagaimana dirayakan ulang tahun. Waktu itu aku pernah mendekat dan berkata pada mama, “mama hari ini aku ulang tahun dan aku ingin sekali mengundang teman-teman untuk main ke rumah besok, boleh tidak ma..?” , mama berkata “apa urusan dengan mama, mama tidak perduli dan mama tidak mengijinkan kamu mengajak teman-teman mu ke rumah, ingat itu walaupun itu hari ultah mu”. Icha pun berkata “iya trimakasih ,ma” .
Apa yang terjadi dengan mama,aku bingung dengan sifat mama sekarang pada ku, dihari ultah aku saja mama tidak peduli. Sekarang aku tidak di perdulikan lagi dan adikku yang lebih mendapatkan kasih sayang oleh mama,apa ini semua karena aku anak tertua dan adikku anak terakhir. Kadang aku pernah berfikir mama tidak adil padaku, tapi itu juga hak mama bila mama ingin menyayangi adikku seorang. Sesampai umurku 17 tahun, dirumah hanya papa dan adikku yang ingat pada hari ulang tahunku dan hanya merekalah yang mengucapkan selamat ulang tahun pada ku. Aku berharap mama juga mengucap “selamat ulang tahun anak ku”, tapi itu hanya mimpi bagiku, ucapan ulang tahun dari papa dan adikku saja itu sudah sangat membuat aku bahagia dan bagaikan kado terindah bagiku, tutur kata terucap dari bibirnya Icha.
Dia berdoa pada hari ultah nya “ya Allah trimaksih karena Engkau telah memberikan umur yang panjang buatku, dan juga telah memberikan kado yang sangat indah bagiku karena keluarga ku tidak melupakan hari ultah ku”. Dengan mendengar cerita icha membuat air mataku berlinang. Dimalam hari ulang tahun icha, tak sengaja dia medengar pembicaraan papa dan mamanya yang berkata “mama sudah keterlaluan mengapa di hari ulang tahun anak kita kamu tidak memberikan ucapan kepadanya” mamanya pun menjawab “apa aku harus peduli kepadanya sudah bertahun-tahun kita menyembunyikan rahasia ini, rahasia dimana kalau dia bukan anak kandung kita dia hanya anak pungut”, “cukup ma !!, mama tidak berhak berkata seperti itu, itu sudah persetujuan kita untuk mengadopsinya dia waktu kecil”, “terserah papa mau berkata apa yang penting mama tidak akan pernah menganggapnya anak mama, mengerti pa”
Apa benar yang aku dengar ini, itulah kata-kata yang terucap dari mulut icha sekarang dan sambil menangis. “ya Allah begitu besarkah salahku sehingga mama tidak mau menganggap aku anak”, pantas saja selama ini mama selalu bersikap seperti itu padaku karena aku bukan anak kandung mama dan papa. Kebahagiaan yang selama ini aku dapat hanya kebohongan saja. Dosa apa yang telah aku perbuat sehingga membuat mama tidak mau mengakui aku sebagai anaknya, aku hanya bisa menangis saja. Aku harus tetap tersenyum tidak boleh ada air mata yang tertetes dari wajah ku, walaupun mama seperti itu pada aku, aku masih mempunyai seorang papa dan adik yang masih sangat menyayangiku selama ini, ujar icha sekarang.
Aku sebagai sahabat icha sangat sedih sekali mendengar cerita dia,tetapi aku mersa bangga padanya walaupun dia bukan anak kandung dari orang tuanya ini dia tetap bisa tersenyum bahagia didepan keluarganya. Seolah-olah dia tidak mengetahui apa yang telah terjadi sekarang, tetapi dari senyumannya itu terpancar air mata yang tersembunyi dari wajah icha sekarang ini yang ingin terjatuh tetapi ia paksa untuk tetap tersenyum. Aku sebagai sahabatnya hanya bisa berdoa dan berharap “semoga ia bisa diberikan kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dalam menjalani hidupnya sekarang ini, ini sebuah cobaan untuknya sekarang”. Kami sebagai teman-teman icha selau memberikan kebahagian dan membuat dia selalu tersenyum dan tertawa walaupun senyuman dan tawanya itu tidak begitu lepas dari hatinya. Saat kami sedang berkumpul dengannya, icha berkata pada kami “terimakasih teman-teman kalian membuat aku tertatawa dan tersenyum, hanya kalian yang bisa mengerti aku saat ini”.
Mengapa hari demi hari keadaan fisik icha sangat berbeda, ia sekarang lebih terlihat pucat dan yang dulu tidak pernah pingsan sekarang dia sering sekali pingsan, kami takut dengan keadaan icha sekarang. Akhirnya kami menyuruhnya untuk ke dokter tapi dia bilang tidak usah karena aku tidak apa-apa, jujur sebenarnya kami tidak tenang melihat sahabat kami seperti ini. Icha begitu meyakinkan kami bahwa keadaannya sekarang tidak apa-apa, akhirnya kami percaya padanya.
Hingga keesokan harinya di waktu libur sekolah, icha pergi kesebuah rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya sekarang. Setelah sampai di rumah sakit icha mendaftarkan namanya pada suster disana, dan tidak lama menunggu namanya terpanggil dan ini giliranku untuk diperiksa oleh dokter, ucap icha. Setelah masuk di ruangan dokter, aku duduk di kursi dan aku ditanya oleh dokter tersebut apa sakit kamu..? dan aku menjawab “aku belum tau dokter”, memang apa keluhan yang kamu rasa..? detik-detik ini aku sering terlihat pucat dan sering pingsan. Akhirnya dokter memeriksa ku, sebelum dokter memberitahu apa penyakit ku. Dokter menyuruh aku untuk cek darah terlebih dahulu, untuk memastikan apa benar ini kah penyakitku, ujar dokter  itu berkata padaku. Setelah dia masuk ke ruang laboratorium untuk pengambilan darah,sempat dia berkata pada suster “suster sebenarnya saya sangat takut dengan jarum suntik” suster itu pun menjawab “jangan takut dengan jarum icha, jika kamu takut pejamkan mata mu dan bayangkan disamping mu ada seseorang yang kamu sayang”, “oh, begitu yaa” , “iya”. Pengambilan darah telah selesai, sekarang saya tinggal menunggu hasilnya,saya berharap kalau hasilnya itu baik, bukan sebaliknya, amin.

Akhirnya suster memberikan hasil itu pada saya, saya sangat deg-degkan apa isi hasil tersebut. Ternyata ini sangat mengejutkan buat saya, dan sayapun tidak percaya dengan ini semua bahkan saya pun langsung bertanya dengan dokter apakah ini memang hasilnya, dan dokter pun berkata itu memang itu hasilnya dan tidak mungkin salah. Kamu harus melakukan operasi ginjal untuk menyelamatkan nyawa mu sekarang sebelum terlambat, dan itu semua orang tua kamu harus tau icha. Tapi dokter saya tidak ingin menyusahkan kedua orang tua saya, saya mohon dokter simpan rahasia ini. Sehingga hanya dokter dan saya yang tahu tentang penyakit yang saya alami. saya akan selalu mencintai keluarga saya dan sahabat-sahabat saya “ucap icha”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Saya Dalam Berorganisasi

Organisasi Di Lingkungan Rumah Saya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN